Rabu, 29 Agustus 2018

Mau nulis apa ???

Sebenernya jujur saya tipe orang yang lebih suka tulis menulis daripada bicara alias cuap-cuap. Tetapi ternyata menulis juga ada seninya dan butuh pemikiran tertentu. Tulisan yang baik serta benar ada ilmunya juga pasti, sedangkan saya hanya orang biasa yang lebih suka menuangkan pikiran di dalam tulisan, karena saya tipe orang yang susah untuk mengingat, jadi apa apa kudu dicatat. hehe ...

Banyak hal yang kita alami tentunya di sepanjang perjalanan hidup kita. Saya pun juga, dan saya bersyukur saja dengan apa yang terjadi di kehidupan saya. Perbanyak bersyukur, maka Dia akan menambah nikmat yang diberikan ke kita. Mau nulis apa nih intinya? Saya juga bingung kalau ditanya. 

Intinya ya sudah jalani kehidupan yang masih diberikan kepada kita. Jalani setiap fase kehidupan ini tentunya dengan sebaik-baiknya dan semampu kita. Jangan lupa sertakan do'a di setiap langkah kita. Berusaha menjadi lebih baik dari waktu ke waktu sampai tiba saatnya kita kembali kepada-Nya. Bismillahirrahmanirrahim... Inshaa Allah dimudahkan dan selalu mendapat lindungan-Nya. Aamiin.

Sekian tulisan saya yang entah bermanfaat atau kurang, yang jelas menasehati dan berlomba dalam hal kebaikan itu juga merupakan kebaikan. hahaha bingung kan...... maafkan ketidakjelasan tulisan ini. Terimakasih. Semoga Allah memudahkan setiap langkah kita menuju jalan kebaikan.

KAMPANYE GERMAS PATUK
contoh desain pin


Permasalahan kesehatan di Indonesia saat ini didominasi Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), kanker dan diabetes yang justru menduduki peringkat tertinggi. perubahan  gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi). Meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM) dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa. Hal ini berdampak pula pada besarnya beban pemerintah karena penanganan Penyakit Tidak Menular (PTM) membutuhkan biaya yang besar. Pada akhirnya, kesehatan akan sangat mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi. Penduduk usia produktif dengan jumlah besar yang seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan, justru akan terancam apabila kesehatannya terganggu oleh Penyakit Tidak Menular (PTM) dan perilaku yang tidak sehat.
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian. GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin.
Kegiatan Kampanye Germas dan Pencanangan Komitmen GERMAS dilaksanakan sebagai kegiatan untuk mendukung Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS). Secara khusus, GERMAS diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan mengurangi beban biaya kesehatan.
Tujuan dilaksanakan kampanye gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) adalah: 

menggugah kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan untuk melakukan gerakan hidup sehat;
membangkitkan rasa tanggung jawab bersama bahwa hidup sehat harus diawali dari diri sendiri, keluarga dan mas
yarakat; menjadi momentum strategis sebagai tonggak awal dimulainya gerakan masyarakat hidup sehat; masyarakat dapat berperilaku hidup sehat; menggerakan seluruh komponen masyarakat untuk membentuk komitmen Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) bersama lintas sektor tingkat kecamatan, desa, dan padukuhan serta menggali/ mengenali sumber daya, potensi, dan kearifin lokal yang dimiliki masyarakat dalam mencapai hidup sehat.Kegiatan Kampanye Germas Patuk Tahun 2018 dilaksanakan pada Sabtu, 4 Agustus 2018 di Lapangan SMP N 1 Patuk dan dihadiri berbagai lapisan masyaraka, mulai dari Pak Camat Patuk, Dinas Kesehatan Gunung Kidul, Kepala Desa, tokoh masyarakat yaitu dukuh, kader, serta peserta perwakilan sekolah di wilayah Patuk.

Sekedar share informasi ya. Semoga kegiatan terkait puskesmas bisa lebih baik lagi ke depan. Salam SEHAT :)

Kamis, 03 Maret 2016

Dah lama gak nulis di blog.
Nulis apa ya yang bermanfaat...



LAPORAN PRAKTIKUM
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


PEMERIKSAAN FISIK DAN KIMIA SUSU DAN PEMERIKSAAN DAGING
Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik













PEMERIKSAAN FISIK DAN KIMIA SUSU

A.  Tujuan 
1.      Mengetahui kualitas fisik susu
2.      Mengetahui kualitas kimia susu
B.  Landasan Teori
Susu  segar  merupakan  cairan  yang berasal  dari  ambing  sapi  sehat  dan  bersih, yang  diperoleh  dengan  cara  pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi  atau  tidak  ditambah  sesuatu apapun  dan  belum  mendapat  perlakuan apapun  kecuali  pendinginan.  Susu mempunyai  nilai  gizi  yang  tinggi,  karena mengandung  unsur-unsur  kimia  yang dibutuhkan  oleh  tubuh  seperti  protein  dan emak  yang  tinggi.  Penyusun  utama  susu adalah air (87,9 %), protein (3,5 %),  lemak (3,5- 4,2 %), vitamin dan mineral (0,85 %). Komponen susu ini merupakan sebuah kisaran yang dapat berubah sesuai dengan faktor usia ternak, penyimpanan bahan, dan pengolahan bahan menjadi produk olahan (Malaka R. 2010).
Nilai  pH  susu  antara  6,5  sampai  6,6 merupakan  kondisi  yang  sangat menguntungkan  bagi  mikroorganisme karena  pH  mendekati  netral  (pH  6,5-7,5) paling  baik  untuk  pertumbuhan  bakteri sehingga  susu  akan mudah  rusak  Kerusakan  susu sebagian  besar  disebabkan  oleh  aktivitas mikroorganisme.  Mikroorganisme  yang dapat mencemari  susu  terbagi menjadi  dua golongan,  yaitu  mikroorganisme  patogen dan  mikroorganisme  pembusuk seperti E. Coli (Firmansyah 2004). 
1.    Sifat Fisik Susu
a.    Warna
Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain, tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan.
b.    Rasa dan bau
Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Bahwa cita rasa yang kurang normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan hal ini mungkin merupakan akibat dari:
1)   Sebab-sebab fisiologis seperti cita rasa pakan sapi misalnya alfalfa, bawang merah, bawang putih, dan cita rasa algae yang akan masuk ke dalam susu jika bahan-bahan itu mencemari pakan dan air minum sapi.
2)   Sebab-sebabdari enzim yang menghasilkan cita rasa tengikkarena kegiatan lipase pada lemak susu.
3)   Sebab-sebab kimiawi, yang disebabkan oleh oksidasi lemak.
Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh sebab dari bakteri yang timbul sebagai akibat pencemaran dan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil samping metabolik lainnya yang mudah menguap.
4)   Sebab-sebab mekanis, bila susu mungkin menyerap cita rasa cat yang ada disekitarnya, sabun dan dari larutan chlor.
c.    Berat jenis
Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu = 1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi lemak atau karena adanya gas yang timbul didalam air susu.
d.   Kekentalan air susu (viskositas)
Viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air susu biasanya berkisar 1,5 – 2,0 cP. Pada suhu 20°C viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut juga menentukan viskositas air susu. Sifat ini sangat menguntungkan dalam pembuatan mentega.
e.    Daya cerna
Air susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau 100%. Oleh karena itu air susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi bahan makanan baik dari hewani terlebih-lebih nabati yang sama daya cernanya denagn air susu (Abdulla, S. 1988).

2.    Sifat Kimia Susu
a.    Keasaman dan pH
Susu segar mempunyai sifat ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6.5 – 6.7. Jika dititrasi dengan alkali dan kataliasator penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0.10 – 0.26 % saja.
Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri (Fitriyono A, 2010)
b.    Komposisi Susu
Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain. Hewan-hewan yang susunya digunakan sebagai bahan makanan adalah sapi perah, kerbau unta, kambing perah (kambing etawah) dan domba. Berbagai sapi diternakkan untuk diperah susunya antara lain Ayrshire, Brown Swiss, Guernsey, Zebu, Sapi Grati, Fries Holand dan turunannya.
Susu yang baik apabila mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikrobia pathogen, bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya, mempunyai cita rasa (flavour) yang baik, dan tidak dipalsukan. Pemeriksaan air susu terhadap pemalsuan akan diuraikan pada
Komponen-komponen susu yang terpenting adalah protein dan lemak. Kandungan protein susu berkisar antara 3 - 5 persen sedangkan kandungan lemak berkisar antara 3 - 8 persen. Kandungan energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah 6,7. (Fitriyono A, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi susu yaiu jenis ternak dan keturunannya, tingkat laktasi, umur ternak, infeksi/peradangan pada ambing, nutrisi/pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu (Yusuf R.2010).

C.  Alat dan Bahan
Uji fisik susu

1.      Susu
2.      Tabung reaksi
3.      Lampu spiritus
4.      Petridisk
5.      Laktodensimeter/refraktor
6.       Kertas saring/kapas

Uji kimia susu
1.    Uji Alkohol
a.       Susu 5 ml
b.       Alkohol 70 % 5 ml
2.    Uji reduktase
a.       Susu 10 ml
b.       1 ml methilen blue
c.       10 tetes parafin liquidum
3.    Uji pemeriksaan derajat keasaman
a.       Susu 10 ml
b.       PP 2 %
c.       0,25 N NaOH (untuk titrasi)

D.  Hasil Pengujian
Uji kualitas fisik dan kimia terhadap susu segar bertujuan untuk mengetahui mutu susu tersebut apakah baik atau buruk sehingga dapat dikonsumsi atau tidak.
Tabel 1 Hasil pengujian keadaan susu  secara Fisik
No.
Kelompok
Uji Fisik
Hasil
1.
I
Penyaringan
Kotor, terdapat bulu, pasir, debu


Warna
Putih kekuningan


Bau
Khas susu sapi


Rasa
Gurih


Berat jenis
1,0221
2.
II
Penyaringan
Terdapat debu halus


Warna
Putih kekuningan


Bau
Amis, khas susu sapi


Rasa
Tawar, sedikit gurih


Berat jenis
1,0491
3.
III
Penyaringan
Sedikit kotor


Warna
Putih kekuningan


Bau
Tengik


Rasa
Asam


Berat jenis
1,03412
4.
IV
Penyaringan
Kotor, terdapat pasir


Warna
Putih kekuningan


Bau
Segar, sedikit amis


Rasa
Gurih, sedikit manis


Berat jenis
1,0501

Tabel 2 Hasil pengujian keadaan susu secara Kimia
No.
Kelompok
Uji Kimia
Hasil
1.
I
Derajat keasaman (pH)
4,2


Uji alkohol
Negatif


Uji reduktase
> 2 jam




2.
II
Derajat keasaman (pH)
8,6


Uji alkohol
Positif


Uji reduktase
>2jam




3.
III
Derajat keasaman (pH)
6


Uji alkohol
Positif


Uji reduktase
< 30 menit




4.
IV
Derajat keasaman (pH)
4,5


Uji alkohol
Negatif


Uji reduktase
> 2 jam

E.  Pembahasan
Kebersihan susu dapat diuji dengan cara penyaringan, berfungsi untuk melihat kondisi susu bersih atau kotor. Percobaan yang dilakukan, setelah susu disaring pada semua kelompok ditemukan sedikit kotoran pada kertas saring. Kotoran berupa bulu, pasir, debu halus yang menempel pada kapas. Partikel yang terlihat merupakan partikel yang berukuran kecil namun masih terlihat oleh mata. Susu tersebut dapat dikatakan  kotor, karena adanya pengotor yang telah menyebabkan susu tersebut terkontaminasi mikroba.
Warna susu yang normal adalah putih kekuningan. Warna putih disebabkan karena refleksi sinar matahari dengan adanya butiran-butiran lemak, protein dan garam-garam didalam susu. Warna kekuningan merupakan cerminan warna karoten dalam susu. Diluar batas warna normal tersebut, kadang dijumpai susu berwarna kebiruan, kemerahan, atau kehijauan. Warna kebiruan kemungkinan diakibatkan berkembangnya bakteri Bacillus cyanogenes atau kemungkinan susu ditambahi air. Warna kemerahan sering disebabkan adanya butir eritrosit atau hemoglobin akibat ternak yang diperah mengalami sakit, khususnya mastitis. Adapun warna kehijauan kemungkinan merupakan refleksi kandungan vitamin B kompleks yang relatif tinggi. Pengujian warna susu didapatkan warna putih normal hal ini mengindikasikan bahwa susu baik untuk dikonsumsi.
Pengamatan dengan indra pembau mendapatkan hasil uji bau berupa bau susu normal sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas susu baik. Bau khas susu sapi, yaitu amis. Bau susu dapat mengalami perubahan karena sifat susu menyerap bau di sekitar lingkungan.
Susu segar yang normal mempunyai bau yang khas terutama karena adanya asam-asam lemak. Bau tersebut dapat mengalami perubahan, misalnya menjadi asam karena adanya pertumbuhan mikroba didalam susu, atau bau lain yang menyimpang akibat terserapnya senyawa bau dari sekeliling oleh lemak susu. Bau pakan dan kotoran yang ada didekat wadah susu juga akan mudah mempengaruhi bau susu tersebut (Lukman, 2009).
Rasa susu yang telah dimasak adalah agak manis berarti kondisi susu dalam keadaan baik. Pada hasil pemeriksaan didapatkan rasa susu berbeda-beda, yaitu tawar, gurih, ada pula yang sedikit manis. SNI (1998) melaporkan bahwa senyawa vanilin di dalam susu yang terdegradasi menjadi asam vanilat dapat menyebabkan off-flavor selama penyimpanan. Degradasi tersebut terkait erat dengan reaksi oksidatif dari enzim xanthine oksidase yang secara intrinsik ada didalam susu. senyawa lain yang ikut berperan menentukan flavor susu adalah beberapa senyawa phenol khususnya alkyl-phenol.
Standar berat jenis susu rata-rata 1.031. Hasil pemeriksaan menunjukkan berat jenis susu antara 1,0221 sampai 1,0501. Menurut codex susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Berat jenis yang lebih kecil dapat disebabkan oleh perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang timbul di dalam air susu. Selain itu juga disebabkan oleh karena susu umurnya sudah lama dan disimpan dalam freezer dalam keadaan terbuka sehingga uap air masuk ke dalam susu.
Uji kimia susu dilakukan dengan pemeriksaan derajat keasaman, uji reduktase, dan uji alkohol. Hasil pemeriksaan derajat keasaman susu berkisar antara 4,2 – 8,6. Berarti susu tersebut tidak baik dikonsumsi, karena sifatnya sudah mengalami perubahan. Menurut SNI (1998) dan Codex susu, yang mengatakan bahwa pH susu segar berkisar 6-8. Penentuan derajat keasaman dapat dilakukan dengan menggunakan titrasi asam-basa. Nilai derajat keasaman didapatkan dengan mengalikan volume NaOH yang dibutuhkan untuk mentitrasi susu sampai warnanya pink dikalikan faktor koreksi sebesar sepuluh.
Prinsip dasar pada uji alkohol merupakan kestabilan sifat koloidal protein susu tergantung pada selubung atau mantel air yang menyelimuti butir-butir protein terutama kasein. Jika setelah dihomogenkan tidak adanya butir-butir susu berarti hasilnya negatif atau kualitas susu baik untuk dikonsumsi, yaitu terdapat pada susu kelompok I dan IV. Tetapi jika setelah dihomogenkan kembali terlihat di dinding tabung reaksi terdapat butir-butir susu berarti hasilnya positif. Hal tersebut tampak pada kelompok II dan III. Jika susu terlihat positif pada penambahan 10 ml alkohol 70%, yang menandakan kemungkinan susu yang positif pada uji alkohol dapat disebabkan oleh susu mulai masam, terdapat kolostrum dan permulaan adanya mastitis.
Prinsip dari uji reduktase adalah kerja enzim reduktase dalam mereduksi zat warna biru dari methylen blue menjadi larutan berwarna putih jernih. Tujuan uji reduktase adalah untuk identifikasi adanya mikroba didalam susu, sehingga kualitas susu dapat ditentukan. Pada prinsipnya mikroba didalam susu menghasilkan enzim reduktase yang dapat mereduksi zat warna biru dari methylen blue menjadi tak berwarna, pada saat susu diberikan methylen blue maka susu tersebut berwarna biru dan akan berubah warna pada saat terdapat mikroba dalam susu. Semakin banyak mikroba berarti semakin banyak pula enzim reduktase yang dapat mereduksi warna biru. Hasil pemeriksaan menunjukkan susu yang memiliki kemampuan tereduksinya lebih dari dua jam yaitu pada kelompok I, II,dan IV. Hal tersebut menunjukkan kualitas susu baik, sedangkan pada kelompok III reduktase kurang dari 30 menit.
Uji kualitas susu secara kulitatif mengidikasikan bahwa susu tidak dipalsukan dan tidak mengandung mikroba patogen yang dapat mengganggu kesehatan konsumen. Kandungan mikroba dalam susu dapat diketahui melalui uji keasaman, uji alkohol, uji katalase, dan uji reduktase. Susu dengan kualitas baik tidak menunjukkan reaksi positif terhadap alkohol, pH-nya 8, nilai katalase kurang dari tiga ml, dan kemampuan tereduksinya lebih dari dua jam. Uji kualitas susu ini dapat juga menentukan bagus atau tidaknya manajemen pemerahan dari produsen atau peternak.


DAFTAR PUSTAKA
Abdulla, S. 1988. Penentuan Kualitas Susu.Majalah Komunikasi/Informasi Profesi dan Koperasi. Peternakan Indonesia No. 37. ISSN 0216-3242. Jakarta
Apriantono, A.,. 1989. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor
Firmansyah H, Maheswari RAA, Bakrie B. 2004. Effectiveness of lactoperoxidase system activator® in milk preservation of different volume. Seminar. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Fitriyono Ayustaningwarno.2010. Ilmu Pengolahan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung
Lukman DW, Sudarwanto M, Sanjaya AW, Purnawarman T, Latif H, Soejoedono RR. 2009. Pemerahan dan Penanganan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Maheswari RRA. 2004. Penanganan dan Pengolahan Hasil Ternak Perah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Malaka R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Makassar: Masagena Press.
SNI [Standar  Nasional  Indonesia]. 1998. Standar Mutu Susu Segar No. 01-3141-1998. Jakarta: Departemen Pertanian.
Yusuf R.2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat pemberian pakan yang mengandung tepung katu (sauropus androgynus (l.)  merr) yang berbeda. Jurnal. Jurnal Teknologi Pertanian volume 6 nomor 1 halaman 1-6.