Dah lama gak nulis di blog.
Nulis apa ya yang bermanfaat...
LAPORAN PRAKTIKUM
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
PEMERIKSAAN FISIK DAN KIMIA SUSU DAN PEMERIKSAAN DAGING
Peminatan Epidemiologi dan Penyakit
Tropik
PEMERIKSAAN FISIK DAN KIMIA SUSU
A. Tujuan
1. Mengetahui kualitas fisik susu
2. Mengetahui kualitas kimia susu
B. Landasan Teori
Susu segar merupakan
cairan yang berasal dari
ambing sapi sehat
dan bersih, yang diperoleh
dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya
tidak dikurangi atau tidak
ditambah sesuatu apapun dan
belum mendapat perlakuan apapun kecuali
pendinginan. Susu mempunyai nilai
gizi yang tinggi,
karena mengandung
unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh
tubuh seperti protein
dan emak yang tinggi.
Penyusun utama susu adalah air (87,9 %), protein (3,5
%), lemak (3,5- 4,2 %), vitamin dan mineral
(0,85 %). Komponen susu ini merupakan sebuah kisaran yang dapat berubah sesuai
dengan faktor usia ternak, penyimpanan bahan, dan pengolahan bahan menjadi
produk olahan (Malaka R. 2010).
Nilai pH susu
antara 6,5 sampai
6,6 merupakan kondisi yang
sangat menguntungkan bagi mikroorganisme karena pH
mendekati netral (pH
6,5-7,5) paling baik untuk
pertumbuhan bakteri sehingga susu
akan mudah rusak Kerusakan
susu sebagian besar disebabkan
oleh aktivitas
mikroorganisme. Mikroorganisme yang dapat mencemari susu
terbagi menjadi dua
golongan, yaitu mikroorganisme patogen dan
mikroorganisme pembusuk seperti E. Coli (Firmansyah 2004).
1. Sifat Fisik Susu
a. Warna
Warna air susu dapat berubah dari
satu warna kewarna yang lain, tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan,
jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar
dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari
susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan
partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah
karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka
susu akan menunjukkan warna kebiruan.
b. Rasa dan bau
Kedua komponen ini erat sekali
hubungannya dalam menentukan kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis,
yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat
dan garam-garam mineral lainnya. Bahwa cita rasa yang kurang normal mudah
sekali berkembang di dalam susu dan hal ini mungkin merupakan akibat dari:
1) Sebab-sebab fisiologis seperti cita rasa pakan sapi
misalnya alfalfa, bawang merah, bawang putih, dan cita rasa algae yang akan
masuk ke dalam susu jika bahan-bahan itu mencemari pakan dan air minum sapi.
2) Sebab-sebabdari enzim yang menghasilkan cita rasa
tengikkarena kegiatan lipase pada lemak susu.
3) Sebab-sebab kimiawi, yang disebabkan oleh oksidasi
lemak.
Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam
menentukan kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan
oleh sebab dari bakteri yang timbul sebagai akibat pencemaran dan pertumbuhan
bakteri yang menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil samping
metabolik lainnya yang mudah menguap.
4) Sebab-sebab mekanis, bila susu mungkin menyerap cita
rasa cat yang ada disekitarnya, sabun dan dari larutan chlor.
c. Berat jenis
Air susu mempunyai berat jenis
yang lebih besar daripada air. BJ air susu = 1.027-1.035 dengan rata-rata
1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex susu
adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan.
Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun
disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat
jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal
akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh perubahan
kondisi lemak atau karena adanya gas yang timbul didalam air susu.
d. Kekentalan air susu (viskositas)
Viskositas air susu lebih tinggi
daripada air. Viskositas air susu biasanya berkisar 1,5 – 2,0 cP. Pada suhu
20°C viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP.
Bahan padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut juga
menentukan viskositas air susu. Sifat ini sangat menguntungkan dalam pembuatan
mentega.
e. Daya cerna
Air susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat dicerna,
diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau 100%. Oleh karena itu air
susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi bahan makanan
baik dari hewani terlebih-lebih nabati yang sama daya cernanya denagn air susu (Abdulla,
S. 1988).
2. Sifat Kimia Susu
a. Keasaman dan pH
Susu segar
mempunyai sifat ampoter, artinya
dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka
warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah
warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH) susu segar
terletak antara 6.5 – 6.7. Jika dititrasi dengan alkali dan kataliasator
penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0.10 – 0.26 % saja.
Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun
demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat
asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan
karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari
6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan
adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri (Fitriyono A, 2010)
b. Komposisi
Susu
Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau
hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan
makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau
ditambah bahan-bahan lain. Hewan-hewan yang susunya digunakan sebagai bahan
makanan adalah sapi perah, kerbau unta, kambing perah (kambing etawah) dan
domba. Berbagai sapi diternakkan untuk diperah susunya antara lain Ayrshire,
Brown Swiss, Guernsey, Zebu, Sapi Grati, Fries Holand dan turunannya.
Susu yang baik apabila mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung
spora mikrobia pathogen, bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran
lainnya, mempunyai cita rasa (flavour) yang baik, dan tidak dipalsukan.
Pemeriksaan air susu terhadap pemalsuan akan diuraikan pada
Komponen-komponen susu yang terpenting adalah protein dan lemak. Kandungan
protein susu berkisar antara 3 - 5 persen sedangkan kandungan lemak berkisar
antara 3 - 8 persen. Kandungan energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah 6,7. (Fitriyono
A, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi susu yaiu jenis ternak dan keturunannya, tingkat laktasi, umur ternak, infeksi/peradangan
pada ambing, nutrisi/pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu (Yusuf
R.2010).
C. Alat dan Bahan
Uji fisik susu
1. Susu
2. Tabung reaksi
3. Lampu spiritus
4. Petridisk
5. Laktodensimeter/refraktor
6. Kertas saring/kapas
Uji kimia susu
1.
Uji Alkohol
a. Susu 5 ml
b. Alkohol 70 % 5 ml
2.
Uji reduktase
a. Susu 10 ml
b. 1 ml methilen blue
c. 10 tetes parafin liquidum
3.
Uji pemeriksaan derajat keasaman
a. Susu 10 ml
b. PP 2 %
c. 0,25 N NaOH (untuk titrasi)
D.
Hasil Pengujian
Uji kualitas
fisik dan kimia terhadap susu segar bertujuan untuk mengetahui mutu susu
tersebut apakah baik atau buruk sehingga dapat dikonsumsi atau tidak.
Tabel 1 Hasil pengujian keadaan
susu secara Fisik
No.
|
Kelompok
|
Uji Fisik
|
Hasil
|
1.
|
I
|
Penyaringan
|
Kotor,
terdapat bulu, pasir, debu
|
|
|
Warna
|
Putih kekuningan
|
|
|
Bau
|
Khas susu
sapi
|
|
|
Rasa
|
Gurih
|
|
|
Berat
jenis
|
1,0221
|
2.
|
II
|
Penyaringan
|
Terdapat
debu halus
|
|
|
Warna
|
Putih
kekuningan
|
|
|
Bau
|
Amis,
khas susu sapi
|
|
|
Rasa
|
Tawar,
sedikit gurih
|
|
|
Berat
jenis
|
1,0491
|
3.
|
III
|
Penyaringan
|
Sedikit kotor
|
|
|
Warna
|
Putih
kekuningan
|
|
|
Bau
|
Tengik
|
|
|
Rasa
|
Asam
|
|
|
Berat
jenis
|
1,03412
|
4.
|
IV
|
Penyaringan
|
Kotor,
terdapat pasir
|
|
|
Warna
|
Putih
kekuningan
|
|
|
Bau
|
Segar,
sedikit amis
|
|
|
Rasa
|
Gurih,
sedikit manis
|
|
|
Berat
jenis
|
1,0501
|
Tabel 2 Hasil pengujian keadaan
susu secara Kimia
No.
|
Kelompok
|
Uji Kimia
|
Hasil
|
1.
|
I
|
Derajat
keasaman (pH)
|
4,2
|
|
|
Uji
alkohol
|
Negatif
|
|
|
Uji
reduktase
|
> 2
jam
|
|
|
|
|
2.
|
II
|
Derajat
keasaman (pH)
|
8,6
|
|
|
Uji
alkohol
|
Positif
|
|
|
Uji
reduktase
|
>2jam
|
|
|
|
|
3.
|
III
|
Derajat
keasaman (pH)
|
6
|
|
|
Uji
alkohol
|
Positif
|
|
|
Uji
reduktase
|
< 30 menit
|
|
|
|
|
4.
|
IV
|
Derajat
keasaman (pH)
|
4,5
|
|
|
Uji
alkohol
|
Negatif
|
|
|
Uji
reduktase
|
> 2
jam
|
E. Pembahasan
Kebersihan susu dapat diuji dengan cara penyaringan, berfungsi untuk
melihat kondisi susu bersih atau kotor. Percobaan yang dilakukan, setelah susu
disaring pada semua kelompok ditemukan sedikit kotoran pada kertas saring.
Kotoran berupa bulu, pasir, debu halus yang menempel pada kapas. Partikel yang terlihat merupakan
partikel yang berukuran kecil namun masih terlihat oleh mata. Susu tersebut
dapat dikatakan kotor, karena adanya
pengotor yang telah menyebabkan susu tersebut terkontaminasi mikroba.
Warna susu yang normal adalah putih kekuningan. Warna putih disebabkan
karena refleksi sinar matahari dengan adanya butiran-butiran lemak, protein dan
garam-garam didalam susu. Warna kekuningan merupakan cerminan warna karoten
dalam susu. Diluar batas warna normal tersebut, kadang dijumpai susu berwarna
kebiruan, kemerahan, atau kehijauan. Warna kebiruan kemungkinan diakibatkan
berkembangnya bakteri Bacillus cyanogenes atau kemungkinan susu ditambahi air. Warna kemerahan sering disebabkan adanya butir
eritrosit atau hemoglobin akibat ternak yang diperah mengalami sakit, khususnya
mastitis. Adapun warna kehijauan kemungkinan merupakan refleksi kandungan
vitamin B kompleks yang relatif tinggi. Pengujian warna susu didapatkan warna
putih normal hal ini mengindikasikan bahwa susu baik untuk dikonsumsi.
Pengamatan dengan indra pembau mendapatkan hasil uji bau berupa bau susu
normal sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas susu baik. Bau khas susu sapi,
yaitu amis. Bau susu dapat mengalami perubahan karena sifat susu menyerap bau
di sekitar lingkungan.
Susu segar yang normal mempunyai bau yang khas terutama karena adanya asam-asam
lemak. Bau tersebut dapat mengalami perubahan, misalnya menjadi asam karena
adanya pertumbuhan mikroba didalam susu, atau bau lain yang menyimpang akibat
terserapnya senyawa bau dari sekeliling oleh lemak susu. Bau pakan dan kotoran
yang ada didekat wadah susu juga akan mudah mempengaruhi bau susu tersebut
(Lukman, 2009).
Rasa susu yang telah dimasak adalah agak manis berarti kondisi susu dalam
keadaan baik. Pada hasil pemeriksaan didapatkan rasa susu berbeda-beda, yaitu
tawar, gurih, ada pula yang sedikit manis. SNI (1998) melaporkan bahwa senyawa
vanilin di dalam susu yang terdegradasi menjadi asam vanilat dapat menyebabkan
off-flavor selama penyimpanan. Degradasi tersebut terkait erat dengan reaksi
oksidatif dari enzim xanthine oksidase yang secara intrinsik ada didalam susu.
senyawa lain yang ikut berperan menentukan flavor susu adalah beberapa senyawa
phenol khususnya alkyl-phenol.
Standar berat jenis susu rata-rata 1.031. Hasil pemeriksaan menunjukkan
berat jenis susu antara 1,0221 sampai 1,0501. Menurut codex susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex
susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan
makanan. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan
lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Berat jenis yang lebih
kecil dapat disebabkan
oleh perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang timbul di dalam
air susu. Selain itu juga disebabkan oleh karena susu umurnya sudah lama dan
disimpan dalam freezer dalam keadaan terbuka sehingga uap air masuk ke dalam
susu.
Uji kimia susu dilakukan dengan pemeriksaan derajat keasaman, uji
reduktase, dan uji alkohol. Hasil pemeriksaan derajat keasaman susu berkisar
antara 4,2 – 8,6. Berarti susu tersebut tidak baik dikonsumsi, karena sifatnya
sudah mengalami perubahan. Menurut SNI (1998) dan Codex susu, yang
mengatakan bahwa pH susu segar berkisar 6-8. Penentuan derajat
keasaman dapat dilakukan dengan menggunakan titrasi asam-basa. Nilai derajat
keasaman didapatkan dengan mengalikan volume NaOH yang dibutuhkan untuk
mentitrasi susu sampai warnanya pink dikalikan faktor koreksi sebesar sepuluh.
Prinsip dasar pada uji alkohol merupakan kestabilan sifat koloidal protein
susu tergantung pada selubung atau mantel air yang menyelimuti butir-butir
protein terutama kasein. Jika setelah dihomogenkan tidak adanya butir-butir
susu berarti hasilnya negatif atau kualitas susu baik untuk dikonsumsi, yaitu
terdapat pada susu kelompok I dan IV. Tetapi jika setelah dihomogenkan kembali
terlihat di dinding tabung reaksi terdapat butir-butir susu berarti hasilnya
positif. Hal tersebut tampak pada kelompok II dan III. Jika susu terlihat
positif pada penambahan 10 ml alkohol 70%, yang menandakan kemungkinan susu
yang positif pada uji alkohol dapat disebabkan oleh susu mulai masam, terdapat
kolostrum dan permulaan adanya mastitis.
Prinsip dari uji reduktase adalah kerja enzim reduktase dalam mereduksi zat
warna biru dari methylen blue menjadi larutan berwarna putih jernih. Tujuan uji
reduktase adalah untuk identifikasi adanya mikroba didalam susu, sehingga
kualitas susu dapat ditentukan. Pada prinsipnya mikroba didalam susu
menghasilkan enzim reduktase yang dapat mereduksi zat warna biru dari methylen
blue menjadi tak berwarna, pada saat susu diberikan methylen blue maka susu
tersebut berwarna biru dan akan berubah warna pada saat terdapat mikroba dalam
susu. Semakin banyak mikroba berarti semakin banyak pula enzim reduktase yang
dapat mereduksi warna biru. Hasil pemeriksaan menunjukkan susu yang memiliki
kemampuan tereduksinya lebih dari dua jam yaitu pada kelompok I, II,dan IV. Hal
tersebut menunjukkan kualitas susu baik, sedangkan pada kelompok III reduktase
kurang dari 30 menit.
Uji kualitas susu secara kulitatif mengidikasikan bahwa susu tidak
dipalsukan dan tidak mengandung mikroba patogen yang dapat mengganggu kesehatan
konsumen. Kandungan mikroba dalam susu dapat diketahui melalui uji keasaman,
uji alkohol, uji katalase, dan uji reduktase. Susu dengan kualitas baik tidak
menunjukkan reaksi positif terhadap alkohol, pH-nya 8, nilai katalase kurang
dari tiga ml, dan kemampuan tereduksinya lebih dari dua jam. Uji kualitas susu
ini dapat juga menentukan bagus atau tidaknya manajemen pemerahan dari produsen
atau peternak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulla, S. 1988. Penentuan
Kualitas Susu.Majalah Komunikasi/Informasi Profesi dan Koperasi. Peternakan
Indonesia No. 37. ISSN 0216-3242. Jakarta
Apriantono, A.,. 1989. Analisis
Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor
Firmansyah H, Maheswari RAA,
Bakrie B. 2004. Effectiveness of lactoperoxidase system activator® in milk
preservation of different volume. Seminar.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Fitriyono
Ayustaningwarno.2010. Ilmu Pengolahan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung
Lukman DW, Sudarwanto M, Sanjaya
AW, Purnawarman T, Latif H, Soejoedono RR. 2009. Pemerahan dan Penanganan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Maheswari RRA. 2004. Penanganan dan Pengolahan Hasil Ternak Perah.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Malaka R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Makassar:
Masagena Press.
SNI [Standar Nasional
Indonesia]. 1998. Standar Mutu Susu Segar No. 01-3141-1998. Jakarta:
Departemen Pertanian.
Yusuf R.2010. Kandungan protein
susu sapi perah friesian holstein akibat pemberian pakan yang mengandung tepung
katu (sauropus androgynus (l.) merr)
yang berbeda. Jurnal. Jurnal
Teknologi Pertanian volume 6 nomor 1 halaman 1-6.