Islam adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan atau akidah dan syari'at. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Dalam Islam diajarkan pedoman hidup yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Umat Islam dalam melaksanakan ibadah berpedoman pada Al-Qur'an dan Hadist, yang merupakan sumber ajaran Islam.
Allah Maha Pencipta, menciptakan makhluk hidup diantaranya manusia, yang merupakan makhluk istimewa, karena manusia diberikan suatu ruh, akal dan pikiran dalam jasadnya, sehingga dapat menjadi khalifah di bumi ini. Penciptaan manusia dan seluruh jagat raya tentu tidak dengan sia-sia, pasti ada sebabnya dan hikmah dibalik penciptaannya.
Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, demikian pula manusia, setelah diberikan kehidupan dimuka bumi, nantinya akan dikembalikan ke sisi Allah. Allah Maha Adil dan Bijaksana. Kesempurnaan hanya milik-Nya, maka keadilan sejati, hakiki adalah pada saat yaumul hisab, dimana akan dihitung amal baik dan buruk manusia selama di dunia.
saya akan mencoba merangkumkan materi mengenai roh dan hisab, yang bersumber dari penulis Sayid Sabiq, semoga tulisan ini dapat semakin menambah keimanan dan ketakwaan kita, dan nantinya kita semua termasuk golongan orang-orang yang dirahmati Allah. aamiin ya rabbal alamin
saya akan mencoba merangkumkan materi mengenai roh dan hisab, yang bersumber dari penulis Sayid Sabiq, semoga tulisan ini dapat semakin menambah keimanan dan ketakwaan kita, dan nantinya kita semua termasuk golongan orang-orang yang dirahmati Allah. aamiin ya rabbal alamin
Manusia
Tersusun dari Tubuh dan Roh
Manusia tersusun dari tubuh kasar dan
roh halus. Roh adalah urusan Allah SWT, selain Allah tidak ada yang
mengetahuinya. Roh dikaruniakan kepada manusia dan merupakan zat yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Allah berfirman dalam QS. Al-Hijr ayat
28-29 yang artinya:
Dan
ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku menjadikan manusia
dari tanah liat yang kering, dari lumpur hitam sampai berbentuk. Dan setelah
itu sempurna Ku buat dan Aku tiupkan di dalam tubuhnya akan RohKu, maka
hendaknya kamu semua tunduk merendahkan diri padanya”.
Roh dan jiwa memiliki pengertian dan makna yang sama. Seperti dalam firman-Nya:
"Allah yang mengambil jiwa (roh) manusia itu ketika wafatnya dan ketika tidurnya sebelum wafat, lalu ditahannya jiwa (roh) yang sudah wafat, serta dikembalikan jiwa (roh) yang lain (yang sedang tidur) sampai waktu yang ditentukan." (QS: Az-Zumar ayat 42)
Roh adalah suatu zat yang memiliki sifat
tersendiri dan berbeda dengan benda-benda lain, yaitu berupa jisim nuraniah
(nur atau cahaya), hidup, dan amat tinggi kedudukannya.
Sifat-sifat roh:
1.
Roh berdiam di dalam tubuh manusia sejak
masih dalam kandungan ibunya, dengan adanya roh tubuh dapat bergerak, hidup,
dan melakukan banyak hal.
2.
Roh dapat berpisah dari tubuh kasar,
maka manusia menjadi benda mati. Roh berpisah dari tubuh dengan cara menjalar
dalam rongga tubuh, bagaikan mengalirnya air dalam tangkai yang hijau hidup.
3.
Roh termasuk makhluk baru atau hawadist,
muncul setelah tubuh sempurna bentuknya.
Roh dan jiwa (nafs) mempunyai pengertian
dan makna yang sama, seperti yang terkandung dalam QS. Az-Zumar ayat 42 dan QS.
Al-An’am ayat 93.
Al-Qur’an menyebutkan adanya sifat-sifat
dari jiwa, yaitu nafsu amarah bissu’ (menyeru keburukan), nafsu lawamah
(mencela diri sendiri), dan nafsu mutma’innah (jiwa yang tenang).
Sifat jiwa yang
pertama yaitu nafsu amarah bissu’ yaitu dapat mengajak pemiliknya untuk berbuat
buruk dan berbuat kejahatan. Namun jika jiwa tersebut dilatih dengan keagamaan
dan suri tauladan yang baik maka dapat ditemukan hati nuraninya yang bersih,
seperti dalam QS. Yusuf ayat 53.
Sifat yang kedua
yaitu nafsu lawamah, yaitu jiwa yang membuat perhitungan pada amalan yang
dilakukan, amal baik maupun buruk, merasa tenang dengan kebaikan dan sedih
dengan keburukannya, nafsu lawamah menjadikan jiwa suka mencela diri sendiri
disamping senang akan kebaikannya. Seperti dalam QS. Al-Qiyamah ayat 1-2.
Sifat yang
ketiga yaitu nafsu muthmainnah yaitu jiwa yang tenang, merupakan tingkatan
tertinggi dalam kejiwaan. Manusia dapat mengekang kesyahwatannya, mengatasi
kekurangan dan kerendahan jiwanya, sehingga jiwanya tenang, tenteram dan puas
akan kebaikan, seperti dalam QS. Al-Fajr ayat 27-30 dan QS. As-Syams ayat 7-10.
Roh setelah
berpisah dari tubuh maka terjadi kematian. Namun roh masih dapat mendengar
seseorang yang berziarah, dapat mengenal dan membalas salam seseorang yang
memberikan salam padanya, roh juga dapat merasakan nikmat alam kubur, tetapi
juga dapat merasakan sakitnya siksa kubur.
Ilmu Pengetahuan Modern
tentang Roh
Allah SWT menggerakkan sebagian ulama,
alim ulama, sarjana-sarjana yang bertuhan untuk mengemukakan perihal roh dengan
bukti-bukti berdasarkan ilmu pengetahuan mengenai suatu alam rohaniah yang ada
dibalik alam semesta dan dapat disaksikan dengan mata kasar. Bukti-bukti
dikemukakan secara jelas sehingga tidak diragukan dan tidak dapat diingkari. Hasil
percobaan Rein berupa penetapan kenyataan adanya roh yang berdiam dan
menetapkan adanya roh secara ilmiah, pencapaian sesuatu di luar pancaindera, akal
dapat memperoleh bekas dengan peraturan umum yaitu ilmu jiwa, akal dapat
memberi pembekasan kepada benda tanpa adanya hubungan kebendaan yang melekat.
Penemuan di luar pancaindera dan tenaga jiwa penggerak dapat digunakan sebagai
bukti bahwa manusia mempunyai suatu bagian yang tidak mau tunduk pada hukum
alam, bagian tersebut yang dipercaya sebagai roh atau nyawa.
Su’al dalam Kubur
Setiap manusia setelah meninggal dunia
pasti akan ditanyai dalam kuburnya. Pertanyaan itu diajukan baik setelah ia
dikuburkan di dalam tanah ataupun tidak dikuburkan. Ia akan diberi balasan
sesuai amalan di dunia, kenikmatan atau siksaan akan diberikan kepada jiwa
serta tubuhnya secara bersama-sama. Di kemudian hari saat hari kiamat, roh-roh
dikembalikan lagi dalam tubuhnya, lalu dibangkitkan dari masing-masing kuburnya
untuk menghadap Tuhan, dan setelah itu dihisab semua amalan selama di dunia.
Allah SWT memalingkan penglihatan dan
pendengaran manusia mengenai persoalan akhirat, agar manusia tidak memiliki
kesan yang tak wajar. Seperti pada orang tidur, orang yang terjaga tidak akan
dapat menyaksikan dan ikut merasakan kesakitan atau kelezatan dalam tidur orang
tersebut, sehingga diumpamakan setelah kematian, maka orang uang masih hidup
tidak dapat mengetahui apa yang dirasakan orang yang telah meninggal dunia,
sehingga orang yang masih hidup tidak dapat menyaksikan pula apa yang terjadi
setelah mati, dan hal ikhwal mengenai alam akhirat.
Kediaman Roh-Roh
Roh-roh berbeda tempat kediamannya dalam
alam barzah. Ada roh yang berdiam di tempat yang tinggi, dari kalangan yang
tertinggi, mereka adalah roh para nabi. Roh lain di tempatkan di tempat
kediaman burung-burung yang indah molek yang berkeliaran di surga, mereka
adalah roh para pahlawan syahid, namun ada pula roh yang terpenjara dalam
kuburnya, ada yang kediamannya di pintu surga, dan ada yang dipenjarakan di
dalam bumi.
Fase-fase yang dilalui oleh setiap jiwa
atau roh manusia, terbagi dalam 4 perumahan, yaitu:
1.
Sewaktu masih dalam kandungan ibu.
Keadaan amat sempit, terbatas, penuh kegelapan.
2.
Perumahan di alam semesta dunia fana.
Tujuan utama hidup di alam dunia adalah mengejar kebaikan untuk bekal di akhirat.
3.
Perumahan barzakh. Lebih luas dibanding keadaan
alam dunia, perbandingannya seperti antara alam dunia sekarang dengan alam
kandungan.
4.
Perumahan yang kekal selama-lamanya,
yaitu surga dan neraka.
Keadaan jiwa juga berbeda-beda dari
setiap perumahan yang didiami. Allah SWT memindahkan jiwa dalam setiap
perumahan tersebut setapak demi setapak, hingga akhirnya ditetapkan di dalam
perumahan terakhir, yaitu surga atau neraka. Barangsiapa yang dapat mengenal
jiwa sebagaimana sewajarnya maka ia meyakini bahwa Allah SWT saja yang patut
disembah, segala kerajaan di langit dan bumi adalah milik-Nya, serta hanya
kepada-Nya dikembalikan segala perkara dan persoalan. Dengan adanya roh dan
jiwa seseorang yang bersih, maka ia percaya kebenaran ajaran yang disampaikan
para Nabi dan Rasul, disaksikan melalui akal fikiran, dan dirasakan kenikmatan
dengan memiliki kepercayaan tersebut.
HISAB
Hisab
: Puncak Penetapan Keadilan Ilahi
Allah SWT
mempunyai kesempurnaan sifat. Sifat Allah yaitu Maha Adil dan Bijaksana. Dia
tidak akan menyamakan antara orang yang berbakti dan taat dengan orang kafir
dan durhaka, antara orang mukmin dan orang musyrik.
Orang-orang yang
memperoleh petunjuk yang benar akan memaksakan diri dan hatinya dengan sekuat
tenaga untuk mengalahkan hawa nafsunya, memerangi kebathilan, dan menghindarkan
diri dari keburukan, kejahatan, dan perbuatan dosa. Perjuangan dilakukan selama
hidupnya sampai pada detik nafas terakhir dari kehidupan.
Ada dua golongan
manusia, yaitu yang berbakti dan yang durhaka. Masing-masing menghabiskan masa
hidupnya dengan berbeda. Kaum yang berbakti berjuang untuk membela agama Allah,
menyucikan diri dan bumi dari segala keburukan dan kerusakan moral, sementara kaum
durhaka menghabiskan waktunya untuk mencapai kepuasan syahwat, kesenangan
dunia, menuruti nafsunya ke arah kejahatan dan keburukan. Dari kedua golongan
tersebut, pada hari yaumul hisab, Allah SWT akan membalas secara adil dan
bijaksana atas perbuatan yang dilakukan di dunia. Seperti dalam QS. Al-Jatsiah
ayat 21-22.
Pada Yaumul
Hisab, segala kenyataan akan tersingkap, rahasia hati akan terbuka dan semua
yang tersembunyi akan ditampakkan, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Najm
ayat 31, yang artinya:
“Bagi
Allah adalah semua yang ada di langit dan di bumi, agar Allah dapat memberikan
balasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan sesuai dengan amalan-amalan
mereka dan memberi balasan orang-orang yang berbuat kebaikan dengan kebaikan
pula.”
Tata
Cara Pelaksanaan Hisab
Setelah
dihidupkan kembali, manusia akan digiring untuk berkumpul di padang Mahsyar.
Setiap orang akan dihisab (dihitung amalannya), baik amal kebaikan maupun
keburukan. Bumi akan menjadi saksi atas hal-hal yang terjadi di atasnya. Seperti
dalam QS. Al-Zalzalah ayat 1-8. Selain itu lidah, tangan, kaki, kulit juga akan
menjadi saksi atas perbuatannya. Sebagaimana dalam QS. An-Nut ayat 24-25, QS.
Fushshilat ayat 19-23, dan QS. Al-Mujadalah ayat 6-7.
Penghitungan dan
pembuktian amalan-amalan dan pencatatan melalui perantara malaikat, seperti dalam
QS. Al-Infithar ayat 10-12, dan QS. Qaf ayat 18. Pada saat yaumul hisab, maka
catatan yang dibuat malaikat akan ditunjukkan kepada pelakunya masing-masing.
Ada yang diambil dengan tangan kanan, yang berarti kenikmatan, tetapi ada pula
yang mengambil dengan tangan kirinya, atau dari balik punggungnya, yang berarti
tanda keburukan. Tidak ada satu pun catatan yang hilang atau luntur dan lenyap.
Kepelikan dalam
penelitian hisab sukar digambarkan, setiap manusia akan mendapat balasan dari
segala sesuatu yang dikerjakan baik yang berupa kebaikan maupun keburukan,
amalan yang terkandung dalam hatinya, atau yang telah direncanakan, sebagaimana
tercantum dalam QS. Al-Anbiya ayat 47. Akibat dari perhitungan dan penimbangan
tergantung dari banyak sedikitnya amal sholeh seseorang. QS. Al-Mu’minun ayat
102-106.
Allah SWT yang
akan mengadakan perhitungan amal seluruh mahkluk-Nya dan tidak ada perantara
siapapun. Orang mukmin akan dimudahkan hisabnya oleh Allah SWT.
diriwayatkan dari Abu Barzah Al-Aslami r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak henti-hentinya seseorang berdiri (pada hari kiamat) sehingga ia ditanya perihal:
Usia, untuk apa dihabiskannya?
Ilmu pengetahuan, untuk apa dipergunakannya?
Hartanya darimana ia memperolehnya? dan untuk apa dinafkahkannya?
Badannya, untuk kepentingan apa dikerjakan hingga tuanya?"
(HR Tirmidzi)
Shirath
(Jembatan)
Shirath adalah suatu jalan yang
diletakkan di atas punggung neraka jahannam. Ahli surga akan melaluinya dengan
selamat sampai ke ujung yang terakhir, dan meneruskan perjalanannya ke surga.
Sedangkan ahli neraka, pada saat melaluinya akan jatuh bergelimpangan ke bawah
dan masuk ke dalam api neraka. Seperti dalam QS. Maryam ayat 71-72 dan juga HR.
Imam Muslim yang artinya:
Kemudian
dipasanglah sebuah jembatan di atas punggung dua tepi Jahannam. Maka aku (Nabi
Muhammad SAW) dan ummatkulah yang mula-mula sekali menyeberanginya.
Tidak
ada seorangpun yang berani berbicara pada hari itu melainkan para rasul, sedang
ucapan para rasul di saat itu hanyalah: Allahumma sallim (Ya Allah,
selamatkanlah)”
Di
neraka Jahannam itu ada beberapa pengait seperti duri pohon sa’dan, hanya saja
tidak ada yang dapat mengetahui kadar besarnya itu melainkan Allah ‘Azza wa
Jalla sendiri. Pengait-pengait inilah yang akan menyambar orang-orang itu
sesuai dengan amalan-amalannya sendiri (ketika di dunia, yakni yang berkelakuan
buruk tentu disambar)”.
Referensi:
Sabiq,
S. 1982. Aqidah Islam (Ilmu Tauhid).
Penerbit Diponegoro:Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar